Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan UPSUS SIWAB (Upaya Khusus Sapi Wajib Bunting) telah dilakukan Bimbingan Teknis Refreser iSIKHNAS bagi koordinator dan Provinsi se Indonesia dengan peserta Ka BVet Subang dan 2 org Staf, hadir pula BVet Medan, BVet Bukittinggi, BVet Lampung, BVet Banjarbaru, BBVet Wates, BBvet Maros, BBVet Denpasar dan Dinas Peternakan Propinsi seluruh Indonesia.
Dalam kegiatan refresur 14-17 November 2016 koordinator isikhnas provinsi dan BBVet, BVet yang dibuka oleh Sekditjen PKH, DR. Ir. Riwantoro, MM. menjelaskan bahwa setelah keberhasilan upsus pajale di Kementan pada tahun ini (2016), maka akan dilanjutkan dengan UPSUS SIWAB (Usahan Khusus Sapi Wajib Bunting) pada tahun 2017, untuk melaksanakan upsus siwab ini ada tantangan dalam sistem pelaporannya dan pendataan update (terkini). Upsus siwab merupakan satu-satunya kegiatan di Ditjen PKH, oleh karena itu, berdasarkan hasil diskusi laporannya harus real-time = sangat cepat, maka diputuskan pelaporan upsus siwab ini menggunakan isikhnas sebagai instrumentnya.
Dengan upsus siwab ini Pemerintah menargetkan 4 juta akseptor yang akan digarap dan dengan output 3 juta sapi bunting. Sebagaimana pajale, siwab ini juga akan dipantau setiap hari, utamanya berapa sapi di IB, berapa yang bunting dan berapa yang beranak. Diharapkan petugas inseminator, PKB dan ATR yang selama ini sudah melaksanakan dapat melaporkan secara real-time melalui sms-gateway.
Dalam upaya mendukung program tersebut perlu dilakukan TOT secara berjenjang. Selanjutnya akan dilaksanakan pelatihan di lapangan untuk Jawa Tengah tanggal 16 November 2016 sudah dimulai pelatihan isikhnas, selanjutnya Kepulauan Riau akan segera disosialisasikan.
Diharapkan fasilitator di masing-masing lokasi akan melakukan pelatihan secara berantai dan berkelanjutan. Karena Upsus siwab akan dimulai tahun 2017 ini, sosialisasi segera dilakukan setelah ada pencananagan upsus siwab di Lamongan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian tentang Upsus Siwab, Kepmentan No.565 tentang Pokja dan Kepmentan No.7659 tentang Tim Supervisi diantaranya Sekretariat Pokja diketuai Dirbitpro, ada wakil ketua, sekretaris telah dibentuk, berdasarkan Permentan No. 48, di Propinsi juga ada Pokja yang dibentuk oleh Gumebrnur dan Bupati, Kecamatan ada Puskeswan terpadu yang fokusnya ditambah dengan IB, PKB, ATR, Medik dan Paramedik Vet.
Tenaga ahli merupakan pendamping dimasing-masing daerah diantaranya Jakarta, dan tim Pengarah diantaranya Aceh. Dr. Drh. M. Hambal, Jabar : Dwicipto dari Unpad, Bali : Prof Dr. I Ketut Puja, Sulsel : Prof. Sudirman Baso, yang terkait dengan Monev : yang dilaporkan berapa jumlah akseptor yang di IB, Bunting dan Lahir. Secara rinci laporan, dilaporkan ke Pusdatin, dan Pusdatin yang akan melaporkan ke Menteri. Ucapan terimakasih kepada Provinsi Jambi saat ini sudah melaporkan tentang siwab, dan juga Sulawesi Selatan, selanjutnya provinsi yang belum melaporkan agar segera melaporkan melalui isikhnas.
Pada kesempatan itu pula Sekditjen PKH sempat melakukan diskusi dengan beberapa peserta pelatihan antara lain dengan drh Ali Saukhan dari dari kepulauan Riau mengutarakan kekurangan amunisi (informasi tentang straw/semen beku), agar tidak ada lagi keragunan tentang pentingnya data semen beku dan memohon Ditjen PKH meminta kepada BBIB Singosari dan BIB Lembang memberikan informasi data tersebut.
Kemudian peserta dari Jabar, mengemukakan tentang target upsus siwab tahun depan, yang intinya hampir sama dengan drh. Ali serta merasa kesulitan ketika berhadapan dengan pihak swasta dalam hal pendataan semen beku. Terkait dengan data straw Sekditjen PKH akan ditindaklanjutinya, menurut beliau ketersediaan semen beku saat ini cukup baik di BBIB maupun di BIB. Begitupun peserta dari provinsi Jawa Tengah menggaris bawahi pentingnya kerjasama dengan bidang produksi untuk mendapatkan data yang akurat, pada intinya semua peserta mengharapkan kelancaran dan keberhasilan program UPSUS SIWAB yang di canangkan oleh kemeterian pertanian.
Oleh : drh. Liliek Indrayani